Kamis, 31 Maret 2016

RUMAH ADAT KABUPATEN BELU, NTT


Kebiasaan melihat padatnya rumah dengan gaya yang seragam serta penatnya pemandangan tembok-tembok di kota besar membuat rumah-rumah yang sepintas terlihat sewaktu saya melintasi desa-desa di Belu Selatan, Nusa Tenggara Timur berhasil mencuri perhatian saya. Sayapun menyinggahi beberapa rumah untuk melihat isinya serta bercerita dengan sang pemilik rumah.



Mereka menyebutnya Uma, ya istilah umum dari rumah dalam bahasa Tetun (bahasa daerah di kabupaten Belu) disebut, uma. Istilah ini mengacu kepada bentuk fisik bangunan sebagai tempat tinggal manusia agar mereka dapat terlindungi dari ketidaknyamanan hidup yang disebabkan oleh kepanasan terik matahari atau udara yang  sangat dingin dan musibah-musibah alam serta ancaman-ancaman bahaya dari manusia. Sejauh ini istilah uma bermakna sebagai sebuah tempat tinggal yang biasanya disebut uma tur fatin, sebuah tempat tinggal yang biasanya dihuni oleh sebuah keluarga rumah tangga atau uma kain.



Rangka-rangka bangunan uma ini biasanya terbuat dari kayu-kayu balok, bambu betung yang besar dan atapnya dari alang-alang. Bangunan uma ini biasanya mempunyai dua pintu, sebuah menghadap ke arah matahari terbit yang disebut, oda matan lor, dan pintu yang lain menghadap ke arah matahari terbenam yang disebut, oda matan rae. Well, jadi waktu sunrise kita nongkrong sambil ngopi di pintu depan, terus waktu sunset nongkrongnya di pintu belakang, wah perfect! Itu awalnya yang terlintas dipikiran saya.




Ternyata tidak sesederhana itu, orang Belu punya makna khusus mengenai tata letak tersebut, Oda matan lor yang diperuntukkan bagi tamu dan kaum laki-laki harus menghadap ke sebelah Timur atau sebelah matahari terbit karena jurusan ini dianggap sebagai posisi yang membawa keberuntungan, kesejahteraan material, kehidupan, kebaikan dan prospek yang cerah dalam hidup sebagaimana sang surya yang mulai menyinyari bumi dengan sinarnya yang terang benderang dan terik panasnya. Oda matan rae yang diperuntukkan khusus bagi anggota-anggota rumah tangga dan kaum perempuan pada umumnya biasanya menghadap ke arah Barat ke jurusan terbenamnya matahari sebagai pintu yang melambangkan waktu senja dari kehidupan seseorang di dunia ini. Keadaan ini adalah saat-saat ketika seseorang berhadapan dengan banyak kesulitan, penyakit, kesengsaraan, kesepian dalam hidupnya dan pada akhirnya meninggal dunia.



Atap rumah biasanya hampir menyentuh tanah maka bagian dalam rumah itu gelap gulita tetapi sejuk rasanya. Suasana gelap dan sejuk melambangkan bahwa manusia itu lahir dari satu dunia yang suci (gelap) dan penuh ketenangan (sejuk).




http://gifarigraphy.blogspot.co.id/2013/05/uma-rumah-adat-kabupaten-belu-ntt.html

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Lencana Facebook

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support